SBY Ingatkan Resesi Dunia Masih Berlanjut
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono didampingi Wapres Jusuf Kalla, hari Selasa 14 April 2009 memimpin Rapat Paripurna Kabinet Indonesia Bersatu, di Kantor Kepresidenan. Rapat yang digelar sejak siang dan tetap berlangsung saat berita ini dinaikkan, antara lain membahas tentang Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2010. Dalam rapat yang dihadiri seluruh menteri dan Gubernur BI Boediono ini, Presiden mengingatkan kembali soal resesi ekonomi dunia saat ini, yang diperkirakan masih berlangsung hingga tahun depan.
"Jadi banyak sekali assesment yang memperkirakan resesi global masih berlangsung hingga tahun depan," kata SBY saat memberikan pengantar awal saat memimpin rapat paripurna tersebut. "Kita juga sama-sama memantau G-20 di London yang telah menetapkan 5 trilyun Dolar AS sebagai cost of recovery secara global. Kalau boleh saya ringkas upaya global yang silakukan oleh komunitas global, terutama disponsori G-20, adalah kita ingin melakukan pemulihan kepercayaan, pertumbuhan, dan lapangan pekerjaan, restoring confidence, growth, and jobs." jelas SBY seperti disiarkan Situs Kepresidenan.
"Kita juga sepakat untuk menstabilkan pasar finansial. Kita juga melakukan upaya untuk betul-betul bank landing dan likuiditas itu bisa mengalir kembali pada tingkat global. Kita juga sepakat mereformasi institusi keuangan internasional, seperti Bank Dunia, IMF, dan sebagainya," ujar SBY
"Seperti yang saya intervensikan pada G-20 di London, dimana forum sepakat bahwa mereka juga akan membantu negara- negara berkembang. Protecting the poor, termasuk juga tidak teledor dalam mengelola lingkungan hidup, meskipun secara ekonomi dunia sedang mengalami kesulitan. Itu upaya global, mengapa saya jelaskan supaya kita paham, kalau kita melakukan upaya recovery secara nasional, kita paham secara global apa yang dilakukan," kata SBY
"Untuk kawasan Asia dan Asia Tenggara, sebagai upaya regional, utamanya, ASEAN Plus Three dan East Asia Forum, telah mengimplementasikan apa yang telah disepakati oleh Global Community. Itu dialirkan," tutur SBY.
"Selain itu juga disepakati bahwa Chiangmai Initiatives Mechanism Multilarism itu sudah hampir bulat. Insya Allah pada bulan Mei dituntaskan pada pertemuan para Menteri Keuangan ASEAN Plus Three di Bali, bertepatan dengan Annual Meeting of ADB. Itu juga suatu instrumen yang bisa digunakan oleh negara- negara ASEAN Plus Three untuk mengatasi persoalan perekonomikan domestik," SBY menjelaskan.
"Kita juga sepakat secara regional akan trade and investment bisa kita jaga bersama-sama, meskipun ada krisis. Di atas segalanya, kita sangat sadar bahwa food security and energy security itu salah satu alternatif yang akan kita kerja samakan pada tingkat regional," tutup SBY.
Tampak pula hadir pula dalam rapat paripurna, Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso, Kapolri Jenderal Pol. Bambang Hendarso Danuri, Kepala BPN Syamsir Siregar dan Jubir Presiden, Andi Mallarangeng.
Sementara itu pada event yang sama VIVAnews melaporkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menjawab kritikan bantuan langsung tunai yang disampaikan oleh para lawan politiknya.
"Dalam situasi krisis, banyak negara justru memberikan program jaring pengaman sosial berupa bantuan langsung tunai," ujar Yudhoyono di Istana Presiden Jakarta, Selasa, 14 April 2009.
Jadi, kata Presiden, program itu bukan cuma dilakukan oleh Indonesia saja. "Bahkan, di negara maju juga memberikan BLT."
Kebijakan BLT dikritik oleh para lawan politik SBY. Kemenangan Partai Demokrat dianggap karena bantuan tunai yang diberikan pemerintah menjelang Pemilu.
SBY beralasan program BLT diperlukan untuk melindungi orang miskin dari serangan krisis keuangan global.
Program seperti ini, menurut SBY, juga akan tetap dilanjutkan pada 2010. Pemerintah akan memprioritaskan pertumbuhan ekonomi, sekaligus jaring pengaman sosial. (Dian)
Baca Selengkapnya...
- akbaR tanJung :Dunia PoliTik suDah mEnDaraH DaGing (1)
- Flu Babi Berpotensi Berkembang di Indonesia (1)
- Global Warming - Apa dan mengapa (1)
- golkar keluhkan BanYak suara saH di BataLkan (1)
- GolPuT buKan JawaBan (1)
- my profil (1)
- Pilkada MeNdaki Tebaing dEmokRatis (1)
- Prabowo Prihatin dengan Pemilu 2009 (1)
- SBY Sudah Tentukan Cawapresnya (1)
- Tarif Tol Suramadu Lebih Rendah dari Tarif Ferry (1)
caLcULaToR
my IdOla
Rain ThE masTeR
DarKo ThE masTer
Rabu, 15 April 2009
Data Diri
Nama Dude adalah singkatan dari "Dua Desember"[rujukan?] yaitu tanggal kelahirannya. Pria yang beragama Islam ini juga telah membintangi beberapa film seperti, Gue Kapok Jatuh Cinta dan Disini Ada Setan The Movie, ia juga turut meramaikan jagat sinetron di layar kaca Indonesia, seperti Disini Ada Setan, Ada Apa Denganmu, Cincin, Intan dan Aisyah.
Sekarang Dude sedang bergabung di rumah produksi SinemaArt. Dude juga adalah alumnus dari SMAN 36 Jakarta dan Universitas Indonesia. Hobbynya adalah membaca, dan buku favoritnya adalah Hidup Sebelum Mati, Ayat-Ayat Cinta, dan Rich Dad Poor Dad.
[sunting] Pendidikan
Kuliah : Alumnus Universitas Indonesia
SMA : SMA Negeri 36 Jakarta
[sunting] Filmografi
2002 : Tusuk Jelangkung sebagai Choky
2003 : Disini Ada Setan The Movie sebagai Nico
2005 : Gue Kapok Jatuh Cinta sebagai Piyu
[sunting] Sinematografi
1999 : Janji Hati 2
1999 : Tersanjung 2
2000 : Bidadari 1
2001 : Kalau Cinta Jangan Marah
2001 : ABG
2002 : Sephia
2002 : Siapa Takut Jatuh Cinta
2002 : Yang Muda Yang Bercinta
2003 : Cintaku Di Kampus Biru
2003 : Who Ai Ni Indonesia
2003 : Disini Ada Setan sebagai Nico
2004 : Kisah Sedih Di Hari Minggu
2004 : Bawang Merah Bawang Putih
2004 : Kisah Adinda
2005 : Cewek Cewek Badung sebagai Fabio
2005 : Ada Apa Denganmu sebagai Juan
2005 : Dara Manisku sebagai Dude Harlino
2005 : Khayalan Tingkat Tinggi
2005 : Cincin sebagai Levi
2006 : Dua Hati sebagai Evandra
2006 : Anakku Bukan Anakku sebagai Topan
2006 : Pintu Hidayah
2006-2007 : Intan (sinetron) sebagai "Rado"
2007 : SurgaMu
2007 : Maha Kasih
2007 : Maha Cinta
2007 : Kakak Iparku 17 Tahun sebagai Raka
2007 : Janji sebagai Damar
2007 : Aisyah sebagai Nabil
2007-2008 : Cahaya sebagai Satrya
2008 : Aqso dan Madina sebagai Aqso
2009 : Nikita sebagai Doni
[sunting] Penghargaan
2007 : Aktor Ter-favorit Ajang Panasonic Award 2007
[sunting] Penampilan televisi
2002 : Iklan Pop Mie
2006 : Iklan Puccele Splash Cologne
2007 : OB Spesial Lebaran
2007 : Deal or No Deal Spesial HUT
2008 : Komentator tamu EURO 2008 (Jerman VS Spanyol) - di RCTI, TPI, & Global TV
2008 : Doa Berbuka Puasa di RCTI selama bulan Ramadhan (hanya disiarkan di daerah Jakarta saja)
Baca Selengkapnya...
Setelah selesai pemilu 2009, dalam hitungan jam kemudian Hasil pemilu 2009 memang bisa langsung di dapat oleh partai peserta pemilu.Semua itu tak terlepas dari maraknya lembaga survey yang melakukan Hitung Cepat atau 'Quick Count' terhadap pemilu 2009.Dan sampai saat ini memang semua lembaga survey sudah sepakat bahwa pemenang pemilu indonesia 2009 adalah golput partai demokrat.
Akan tetapi untuk hasil resmi belum bisa di publikasikan oleh KPU, karena memang sampai saat ini dan rencana sampai 12 hari ke depan KPU masih menghitung suara masuk dalam Pusat Tabulasi Pemilu Nasional.
Untuk bisa mengakses Hasil suara masuk di pusat tabulasi pemilu nasional anda bisa meng akses situsnya KPU Di sini.Di sana anda bisa memilih suara masuk untuk semua propinsi yang ada di indonesia.Semoga saja 'Real Count' dari KPU ini berjalan lancar dan segera bisa di umumkan secara resmi siapa pemenang pemilu legislatif ini.
Jangan kecewa jika situs pusat tabulasi pemilu nasional susah di akses, ini mungkin di karenakan membludaknya pengunjung yang ingin mencari berita tentang hasil pemilu 2009 ini.Baik itu simpatisan partai,pengurus partai,politikus busuk yang mengincar kursi basah senayan,blogger matre yang memanfaatkan meriah dan riuhnya pesta demokrasi kali ini untuk sekedar menarik pengunjung.Di samping memang ingin berbagi berita tentang pemilu.
Dan ternyata keamanan TI pemilu 2009 dari KPU ini turut di kawal keamanannya oleh komunitas underground atau hacker indonesia seperti : Coder, Echo, Jasakom, Komunitas Keamanan Informasi (KKI), Virologi, dan komunitas lainnya. Berikut kutipan seruan dari berbagai komunitas underground untuk mensukseskan pemilu 2009 :
Kepada Seluruh Rekan-Rekan Komunitas Teknologi Informasi di Tanah Air,
Pemilu merupakan kegiatan akbar penyaluran aspirasi politik yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia sehingga seluruh rakyat berkepentingan mendukung suksesnya pelaksanaan Pemilu 2009.
Dengan berbagai keterbatasan yang ada, rekan-rekan BPPT (sebagai Tim TI KPU) dan ID-SIRTII, bersama-sama dengan berbagai komunitas yang berhubungan dengan keamanan informasi, antara lain: Coder, Echo, Jasakom, Komunitas Keamanan Informasi (KKI), Virologi, dan komunitas lainnya berusaha meningkatkan keamanan TI Pemilu 2009 sesuai dengan kapasitas masing-masing.
Baca Selengkapnya...
Selasa, 14 April 2009
Prabowo Prihatin dengan Pemilu 2009
* Breaking News
* Opini
* Parpol
* Pemilu 2009
* Pilpres
* Profile
* Sejarah
* Undang-Undang
* Video
Browse > Home / Pemilu 2009 / Prabowo Prihatin dengan Pemilu 2009
Prabowo Prihatin dengan Pemilu 2009
April 13, 2009 by pemiluindonesia.com
Prabowo Subianto
Prabowo Subianto
Ketua Umum Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) Prabowo menyayangkan banyak warga negara yang tidak dapat menggunakan hak pilihnya dalam pemilihan legislatif 9 April lalu.
“Pertemuan dengan PDIP tadi, kami membicarakan keprihatinan terlalu banyak yang tidak dapat menggunakan hak pilihnya. Ini menimbulkan keprihatinan dalam demokrasi,” kata Prabowo seusai bertemu dengan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri di kediaman Mega, Jalan Teuku Umar, Jakarta, Sabtu (11/4/2009).
Dalam pertemuan tersebut, lanjut Prabowo, juga membahas pentingnya melakukan pertemuan lebih intensif untuk menanggapi pemilu saat ini.
“Kami dalam waktu dekat akan membuat pernyataan sikap bersama terhadap pemilu ini,” tanda Prabowo.
Hal senada diungkapkan Megawati. Dia mengaku, permaslahan ini sudah dibicarakan dengan sejumlah petinggi partai politik.
“Masalah ini sedang dirumuskan oleh sekjen-sekjen yang ada. Dan dari masukan semalam dengan Pak Wiranto, sekarang Pak Prabowo, tentunya kami diskusikan tentang kesamaan pendapat,” tegasnya. (kem)
Sumber : okezone
Baca Selengkapnya...
akbaR tanJung :Dunia PoliTik suDah mEnDaraH DaGing
"Semasa kecil ia pernah bercita-cita menjadi anggota Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL). Namun tidak kesampaian karena ia menggunakan kaca mata minus. Saat ini kegiatannya lebih banyak dihabiskan dengan menjadi mahasiswa S3 Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik (Fisip) Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta".
Lama tak terdengar setelah tak lagi menjabat Ketua Umum Partai Golongan Karya (Partai Golkar), Akbar Tandjung kembali dalam dunia perpolitikan. Namun bukan dalam politik praktis, melainkan studi politik.
Lahir di desa Sorkam, sekitar 30 km dari kota Sibolga (Tapanuli Tengah - Sumut), pada 14 Agustus 1945 dengan nama lengkap Djandji Akbar Zahiruddin Tandjung, mantan Ketua Umum DPR RI tersebut mendirikan Akbar Tandjung Insitute (ATI), lembaga studi dengan kajian bidang politik. awal Mei lalu, mantan menteri di era Orde Baru itu menggelar acara pembukaan ATI di sebuah hotel berbintang.
Pada umur 7 tahun, Akbar yang merupakan anak ke-13 dari 16 bersaudara, putra-putri pasangan Zahiruddin dan Hj Siti Kasmijah, sudah menjadi yatim. Dunia politik praktis sangat dekat dengan kehidupan Akbar Tandjung kecil. Ini dikarenakan almarhum ayahnya, Zahiruddin, seorang pengurus Muhammadiyah di Sorkam, disamping sebagai seorang pedagang yang sukses. Beberapa orang kakaknya bahkan menjadi tokoh dari beberapa partai atau organisasi massa pada saat itu.
Kehidupan Akbar diwaktu kecil menurut keluarganya biasa-biasa saja, tidak terlalu menonjol apalagi Akbar kecil bisa dibilang merupakan anak yang pendiam. Bahkan disaat kecil ia pernah bercita-cita ingin menjadi anggota TNI Angkatan Laut, namun tidak dilaksanakannya karena ia memakai kaca mata minus.
Saat menjadi mahasiswa di Fakultas Teknik Universitas Indonesia dan aktif berorganisasi, nama Akbar Tandjung mulai berkibar. Keterlibatannya didunia politik saat ia yang tergabung dalam gerakan mahasiswa dalamt penggayangan G-30-S PKI melalui Kesatuan Aksi Mahasiswa Universitas Indonesia (KAMI- UI) dan Laskar Ampera "Arief Rahman Hakim". Akbar merupakan salah satu aktivis dari Angkatan 66.
Pada tahun 1967 hingga 1968, ia menjabat sebagai Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Indonesia, dan aktif dalam Dewan Mahasiswa Universitas Indonesia dam Mejelis Permusyawaratan Mahasiswa Universitas Indonesia. Ia juga pernah menjabat sebagai Ketua Umum HMI Cabang Jakarta (1969) dan Ketua Umum Pengurus Besar HMI (1972 - 1974).
Ia juga terlibat dalam pendirian Forum Komunikasi Organisasi Mahasiswa Ekstra Universiter (GMNI, PMKRI, PMII, GMNI, HMI) dengan nama Kelompok Cipayung), mendirikan Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI, 1973) kemudian 1978 sampai 1981 menjadi ketua umumnya. Mendirikan Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia (AMPI) dan menjadi ketuanya pada tahun 1978.
Setelah malang melintang di Partai Golkar, Akbar Tandjung berhasil menjadi ketua umum pada tahun 1998 - 2003, namun kalah dari Jusuf Kalla pada tahun 2004 yang lalu. Sejak saat itu, Akbar Tandjung seakan tenggelam dari dunia politik praktis.
Terlalu aktif berorganisasi dan berjuang, membuat Akbar Tandjung terlambat meraih gelar insinyurnya. Bahkan baru menikah tahun 1981 menjelang usia 36 tahun, dengan seorang putri Solo bernama Dra. Krisnina Maharani, MSi. Dari perkawinan tersebut, lahir empat orang putri yaitu Fitri Krisnawati, Karnia Krissanty, Triana Krisandiri, dan Sekar Krisnauli.
Meski karier politiknya cemerlang, namun Akbar Tandjung juga tak luput dari masalah. Beberapa kasus yang melilit Akbar Tandjung antara lain pada Juli 2000, Akbar Tandjung dituding menyelewengkan duit negara mencapai Rp 179,9 milyar. Diduga hal tersebut dilakukan saat Akbar menjabat sebagai Menteri Perumahan Rakyat (Menpera) pada priode April 1993 hingga Maret 1998.
Keseluruhan dana yang diduga disalahgunakan Akbar itu berasal dari Tabungan Perumahan Pegawai Negeri Sipil (Taperum), dimana Akbar menjabat sebagai ketua badan pertimbangan dalam penyelenggaraan tabungan tersebut. Seluruh pegawai negeri dipotong gajinya untuk mendapatkan fasilitas perumahan.
Akbar Tanjung dituduh memasukkan dana tersebut ke beberapa bank yang bunga depositonya terbilang rendah. Misalnya, Bank Kesejahteraan Ekonomi (BKE) yang bunganya hanya 3 persen, Bank Tabungan Negara (BTN) 8 persen, dan Bank Pembangunan Daerah (BPD) 12 persen. Perumnas juga diberi pinjaman dengan bunga hanya 8 persen. Padahal, saat itu bunga di bank lain mencapai 20 persen setahun. Dari selisih bunga yang tinggi inilah kabarnya yang kemudian ditilap Akbar untuk dijadikan dana kampanye Golkar.
Namun, dengan menyodorkan bukti-bukti yang dimilikinya, Akbar dinilai bukan sebagai orang yang bertanggung jawab terhadap masalah tersebut. Tahun 2001, Akbar kembali ditimpa masalah. Namun kali ini berhubungan dengan keluarganya, yang terkait penggelapan tanah keluarga di kawasan Srengseng, Kebon Jeruk Jakarta Barat.
Bahkan dalam kasus korupsi dana nonbujeter Bulog Rp. 40 miliar, Akbar Tandjung sempat menjadi tersangka. Namun setelah mengajukan kasasi kepada Mahkamah Agung terhadap keputusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan yang memvonisnya tiga tahun penjara, Akbar Tandjung dinyatakan bebas dan tidak terbukti bersalah pada kasus korupsi tersebut.
Mengenai pendirian Akbar Tandjung Institute (ATI), Akbar menyatakan sebagai wadah untuk membangun dunia politik yang lebih demokratis. Bukan persiapan dirinya maju ke panggung politik. Menurutnya, pendirian lembaga tersebut karena dunia politik yang digelutinya selama 40 tahun sudah mendarah daging.
Mengenai kemelut yang terjadi ditubuh partai politik, dikatakan Akbar adalah hal biasa terutama dalam mencari pimpinan tertinggi partai, namun konflik tersebut harus ada penyelesaiannya sehingga tidak menjadi berkepanjangan. "Jika elit partai terus bertikai, masyarakat awam akan semakin apatis dan demokratisasi bakal terkena getahnya," tandasnya.(Indah J Sibarani)
Baca Selengkapnya...
Global Warming - Apa dan mengapa
Sejak dikenalnya ilmu mengenai iklim, para ilmuwan telah mempelajari bahwa ternyata iklim di Bumi selalu berubah. Dari studi tentang jaman es di masa lalu menunjukkan bahwa iklim bisa berubah dengan sendirinya, dan berubah secara radikal. Apa penyebabnya? Meteor jatuh? Variasi panas Matahari? Gunung meletus yang menyebabkan awan asap? Perubahan arah angin akibat perubahan struktur muka Bumi dan arus laut? Atau karena komposisi udara yang berubah? Atau sebab yang lain?
Sampai baru pada abad 19, maka studi mengenai iklim mulai mengetahui tentang kandungan gas yang berada di atmosfer, disebut sebagai gas rumah kaca, yang bisa mempengaruhi iklim di Bumi. Apa itu gas rumah kaca?
Sebetulnya yang dikenal sebagai ‘gas rumah kaca’, adalah suatu efek, dimana molekul-molekul yang ada di atmosfer kita bersifat seperti memberi efek rumah kaca. Efek rumah kaca sendiri, seharusnya merupakan efek yang alamiah untuk menjaga temperatur permukaaan Bumi berada pada temperatur normal, sekitar 30°C, atau kalau tidak, maka tentu saja tidak akan ada kehidupan di muka Bumi ini.
Pada sekitar tahun 1820, bapak Fourier menemukan bahwa atmosfer itu sangat bisa diterobos (permeable) oleh cahaya Matahari yang masuk ke permukaan Bumi, tetapi tidak semua cahaya yang dipancarkan ke permukaan Bumi itu bisa dipantulkan keluar, radiasi merah-infra yang seharusnya terpantul terjebak, dengan demikian maka atmosfer Bumi menjebak panas (prinsip rumah kaca).
Tiga puluh tahun kemudian, bapak Tyndall menemukan bahwa tipe-tipe gas yang menjebak panas tersebut terutama adalah karbon-dioksida dan uap air, dan molekul-molekul tersebut yang akhirnya dinamai sebagai gas rumah kaca, seperti yang kita kenal sekarang. Arrhenius kemudian memperlihatkan bahwa jika konsentrasi karbon-dioksida dilipatgandakan, maka peningkatan temperatur permukaan menjadi sangat signifikan.
Semenjak penemuan Fourier, Tyndall dan Arrhenius tersebut, ilmuwan semakin memahami bagaimana gas rumah kaca menyerap radiasi, memungkinkan membuat perhitungan yang lebih baik untuk menghubungkan konsentrasi gas rumah kaca dan peningkatan Temperatur. Jika konsentrasi karbon-dioksida dilipatduakan saja, maka temperatur bisa meningkat sampai 1°C.
Tetapi, atmosfer tidaklah sesederhana model perhitungan tersebut, kenyataannya peningkatan temperatur bisa lebih dari 1°C karena ada faktor-faktor seperti, sebut saja, perubahan jumlah awan, pemantulan panas yang berbeda antara daratan dan lautan, perubahan kandungan uap air di udara, perubahan permukaan Bumi, baik karena pembukaan lahan, perubahan permukaan, atau sebab-sebab yang lain, alami maupun karena perbuatan manusia. Bukti-bukti yang ada menunjukkan, atmosfer yang ada menjadi lebih panas, dengan atmosfer menyimpan lebih banyak uap air, dan menyimpan lebih banyak panas, memperkuat pemanasan dari perhitungan standar.
Sejak tahun 2001, studi-studi mengenai dinamika iklim global menunjukkan bahwa paling tidak, dunia telah mengalami pemanasan lebih dari 3°C semenjak jaman pra-industri, itu saja jika bisa menekan konsentrasi gas rumah kaca supaya stabil pada 430 ppm CO2e (ppm = part per million = per satu juta ekivalen CO2 - yang menyatakan rasio jumlah molekul gas CO2 per satu juta udara kering). Yang pasti, sejak 1900, maka Bumi telah mengalami pemanasan sebesar 0,7°C.
Lalu, jika memang terjadi pemanasan, sebagaimana disebut; yang kemudian dikenal sebagai pemanasan global, (atau dalam istilah populer bahasa Inggris, kita sebut sebagai Global Warming): Apakah merupakan fenomena alam yang tidak terhindarkan? Atau ada suatu sebab yang signfikan, sehingga menjadi ‘populer’ seperti sekarang ini? Apakah karena Al Gore dengan filmnya “An Inconvenient Truth” yang mempopulerkan global warming? Tentunya tidak sesederhana itu.
Perlu kerja-sama internasional untuk bisa mengatakan bahwa memang manusia-lah yang menjadi penyebab utama terjadinya pemanasan global. Laporan IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change) tahun 2007, menunjukkan bahwa secara rata-rata global aktivitas manusia semenjak 1750 menyebabkan adanya pemanasan. Perubahan kelimpahan gas rumah kaca dan aerosol akibat radiasi Matahari dan keseluruhan permukaan Bumi mempengaruhi keseimbangan energi sistem iklim. Dalam besaran yang dinyatakan sebagai Radiative Forcing sebagai alat ukur apakah iklim global menjadi panas atau dingin (warna merah menyatakan nilai positif atau menyebabkan menjadi lebih hangat, dan biru kebalikannya), maka ditemukan bahwa akibat kegiatan manusia-lah (antropogenik) yang menjadi pendorong utama terjadinya pemanasan global
Baca Selengkapnya...
GolPuT buKan JawaBan
Satu hal yang sangat berguna bagi kita adalah pemahaman yang baik tentang undang-undang pemilu kita. Kalau kita baca Pasal 200 dan seterusnya dalam undang-undang tersebut, maka sebenarnya tidak ada ruang bagi Gol-Put untuk menyebut diri sebagai bentuk perlawanan.
Dalam pasal-pasal tersebut diterangkan bahwa seberapa persen pun suara yang masuk maka jumlah kursi di DPR akan tetap terisi penuh. Hal ini dilakukan dengan cara membagi jumlah kursi yang tersisa pada partai-partai yang lolos electoral threshold, menurut prosentase perolehan suara mereka.
Dengan kata lain, walaupun hanya 10% dari pemilih potensial yang memberikan suara dalam pemilu, kursi DPR tetap saja akan terisi penuh dan tidak akan kosong. Kalau yang menang dari 10% tersebut adalah orang-orang yang korup, maka merekalah yang bakal memegang tongkat komando kebijakan negara ini. Kalau yang menang dari 10% tersebut adalah orang-orang yang anti terhadap Islam, maka sudah tentu semua kebijakan akan menjadi musibah bagi umat Islam negeri ini.
Begitu juga dalam pemilihan Presiden, yang berhak mencalonkan adalah mereka yang memiliki 20% perolehan suara pemilu. Jadi yang dapat 20% suara dari 10% orang yang ikut pemilu tetap berhak mengajukan capresnya. Dan capres yang memenangkan 51% suara dari 10% orang yang ikut pemilu tetap berhak menjadi Presiden RI walaupun 90% lainnya Golput.
Inilah romantika demokrasi, preview nya adalah Mesir, Hosni Mubarak memenangkan pemilu yang hanya diikuti tidak lebih dari 30% pemilih potensial karena calon-calon legislatif dari oposisi seperti kelompok Ikhwanul Muslimin habis ditangkapi dan dipenjarakan, selain itu para pendukung kelompok ini juga dipersulit bahkan dilarang ikut mencoblos di banyak TPS negeri itu. Al-hasil Hosni Mubarak tetap jadi presiden seluruh Mesir walau cuma beberapa persen dimenangkan.
Itulah demokrasi dan kita dituntut harus tetap cerdik menyikapi sistem demokrasi ini, kalau dulu Ust. Anis Matta membuat buku Menikmati Demokrasi mungkin sekarang sudah saatnya kita membuat Modul Bagaimana Menjadi Matador Demokrasi yang Sukses.
Kembali ke pokok permasalahan, pilihan Gol-Put sebagai perlawanan saat ini menunjukkan masih rendahnya PQ (Political Quotient) umat ini. Dan dalam Islam dijelaskan bahwa setiap sikap (pilihan) akan dimintai pertanggungjawaban termasuk memilih untuk merelakan kepemimpinan umat ke tangan para durjana.
Jadi alih-alih melakukan perlawanan, mereka yang Gol-Put malah harus mengikuti apapun kebijakan dari orang-orang yang mereka biarkan untuk menang dalam pemilu walaupun yang mereka biarkan menang itu adalah orang setingkat Fir’aun, raja Namruz atau pemimpin keji dan anti Islam lainnya sekalipun.
Mungkin kita bisa tertawa dan bisa menangis saat membaca opini para pendukung Gol-Put dari sebuah blog. Si penulis mengatakan bahwa semakin banyak orang yang Gol-Put maka Indonesia akan segera hancur, lalu saat itulah Khilafah Islamiyah akan didirikan. Dari situ saja kita bisa menebak-nebak seberapa baik dan canggih PQ dari saudara-saudara kita.
Apakah Gol-Put akan menghasilkan perbaikan? Dalam perspektif terbatas, bisa saja itu terjadi tapi pada kondisi Indonesia sekarang ini, sudah seharusnya berfikir berkali-kali. Karena boleh jadi Gol-Put malah menguntungkan partai-partai curang. Mengapa demikian? Karena dengan Gol-Put parpol culas bisa:
Mengurangi biaya pembelian suara. Kelompok yang Gol-Put bisa jadi menguntungkan parpol yang terbiasa tebar uang dan hadiah. Daerah-daerah yang dipetakan kurang prospektif dari segi potensi atau tidak lebih menguntungkan dalam jangka panjang, tidak akan terlalu serius diurus karena keterbatasan dana. Bisa jadi ada, namun tidak terlalu signifikan. Biarlah daerah yang kurang potensial tersebut dininabobokan dengan pasukan Gol-Put saja, agar tidak banyak memberi pengaruh pada perolehan suara.
Fokus pada daerah-daerah strategis dan potensial. Karena alasan budget juga, parpol cenderung memfokuskan pada daerah-daerah kaya potensi. Masyarakat daerah tersebut yang masih menengah ke bawah akan menjadi sasaran money politics. Sedangkan yang menengah ke atas didekati dengan rekruting menjadi caleg atau iming-iming proyek di masa kemenangannya. Intinya jangan sampai ada Gol-Put dan pilihan partai lain di daerah tersebut karena fokus anggaran partai sudah ditetapkan. Oleh karena itu secara umum, parpol yang memiliki budget raksasa adalah mereka yang paling berpotensi memenangkan perang gaya ini.
Memudahkan memupuk kekayaan dalam jangka panjang, minimal 5 tahun ke depan. Hasilnya tentu saja kekayaan yang berlimpah dari kesempatan bereksplorasi dalam lima tahun ke depan, menyiapkan pemilu berikutnya.
Sebagian kecil bisa saja dibagi agar pemilih merasakan dan mengurangi potensi Gol-Put masa berikutnya serta memupuk loyalitas pemilih, sebagian besar yang lain adalah logistik partai dan kekayaan orang-orangnya.
Pikir-pikir lebih jauh, akan ada juga keuntungan untuk partai atau kelompok dengan agenda de islamisasi atau Islam phobia. Dengan besarnya Gol-Put terutama dari muslim Indonesia maka dapat:
1. Mengurangi keterwakilan muslim dalam pengambilan kebijakan
2. Mengurangi peran-peran muslim dalam kehidupan berbangsa secara umum
3. Mempreteli satu demi satu regulasi bernafaskan syariah
4. Memudahkan jalan untuk mengembalikan Pancasila sebagai asas tunggal
5. Memudahkan jalan melemparkan Islam dari ranah publik
Hal lain yang perlu diingat adalah TNI dan Polri sudah barang tentu berada pada pihak yang memenangkan pemilu (itu kata undang-undang). Mereka siap mengamankan apapun kebijakan yang berkuasa. Dan dukungan internasional juga akan mengalir bila lima agenda di atas mulai ter format dan bergerak. Toh yang memilih itu 100% atau cuma 50%, hasilnya akan tetap legitimate untuk menjadi penguasa.
Menakar Resiko Muslim Indonesia Bila Gol-Put Sukses
Dari 222 juta rakyat (menurut sensus 2006) = 170 juta pemilih. Dengan hitung-hitungan bodoh saja, bila persentase muslim Indonesia adalah 86% maka jumlah pemilih muslim adalah 170 juta x 86% = 146 jutaan, sedangkan non muslim adalah 170 juta x 14% = 24 jutaan. Dengan pendekatan pessimistic non scientific, anggap saja 40% dari muslim itu Gol-Put. Dengan data dari persentase Gol-Put Pil-kada lalu, terlihat daerah-daerah yang mayoritas penduduknya muslim ternyata memiliki angka Gol-Put yang tinggi, rata-rata 40%, sedangkan daerah yang mayoritas non muslim seperti Bali, NTT, Maluku, dan Papua malah memiliki angka Gol-Put yang rendah dengan rata-rata 20%.
Maka prediksi bila Gol-Put sukses dan berdasarkan hasil rata-rata maksimal total suara yang didapat partai Islam dalam beberapa pemilu sebelumnya, sekitar 20%, yang ikut memilih di pemilu mendatang 60% karena selebihnya Gol-Put.
Didapat lah perhitungan kotor sebagai berikut: Suara partai Islam = 20% x (60%x146 juta) = 17.52 juta atau hanya 10%. Suara muslim di partai sekuler = 80% x (60%x146 juta) = 70.08 juta atau hanya 40%. Sisa suara adalah mereka yang Gol-Put dan non muslim. Nah, kalau bisa tebak, dalam pemilu legislatif angka Gol-Put non muslim bakal sangat rendah atau bahkan mendekati nol persen. Hal ini terkait dengan isu keterwakilan mereka dan juga agenda-agenda lainnya. Dan kemungkinan besar bahkan bisa jadi pasti mereka tidak akan menjatuhkan hak pilih ke caleg muslim, ini sebuah misteri idealisme. Jadi anggap saja dari 24 juta pemilih itu semua memberikan suaranya pada wakil mereka. Jadi prosentasenya adalah sekitar 14%, melampaui suara gabungan partai Islam.
Hasilnya memang sungguh mengerikan, partai Islam 10%, partai sekuler (yang di dalamnya sudah pasti ada non) dan partai non Islam 40%+14%, sisanya sekitar 36% adalah suara umat Islam yang tak terpakai. Di dalam 36% itu; ada mereka yang tak kebagian money politik, ada mereka yang katanya protes dan menunjukkan bentuk perlawanan, ada yang katanya pemilu itu haram dan oleh karena itu tak ikut pemilu demi syariat Islam.
Untuk yang terakhir ini, tak bisa banyak berharap akan hadirnya Syariat, karena kondisinya saat itu sudah semakin membingungkan. Walaupun dengan dalih hasil sebuah survey yang mengatakan 72% orang Indonesia ingin syariah Islam, tetap saja faktanya akan terlihat di pemilu ini.
Bila afiliasi muslim Indonesia masih pada ideologi-ideologi sekuler dan materialistic sebagaimana sebagian dari mereka memilih partai non Islam dan sebagian lainnya memilih Gol-Put karena alasan materialistis, maka sudah barang tentu hasil survey tersebut hanya kamuflase. Bisa jadi survey dilakukan hanya untuk membesar-besarkan isu hingga terjadi radikalisme yang diharapkan atau bisa jadi sebagai alasan dana asing bisa masuk lebih banyak dengan tujuan de-Islamisasi. Atau bisa jadi ada error di survey tersebut. Siapa tau? Di pemilu 2009 inilah hasil-hasil survey itu akan terbongkar kebenarannya atau kebobrokannya.
Di mana kaum Gol-Put adalah tumbalnya. Bila si baik yang menang, maka mereka ikut menang dan menikmati hasil tanpa perjuangan. Lalu bila si bejat yang menang, maka mereka juga yang terlibat mengantarkannya ke tampuk kemenangan tanpa perlawanan yang katanya melawan.
Saudara-saudara seiman…
Kalau memang kita serius menginginkan akan adanya perbaikan. Mulailah mendaftar kalau belum terdaftar, urus semua kelengkapan pemilih kita. Lalu mulai cari daftar caleg yang ada.
Lihat-lihat dan kenali mereka dan tawaran serta program mereka. Cari informasi lebih dalam tentang mereka. Kalau memang otak ini sudah mumet, serahkan ke hati kita masing-masing. Bukankah Allah swt. akan selalu mengabulkan doa-doa kita.
Jangan lupa keshalihan lahiriah bisa jadi sebuah parameter. Selain itu kita lihat juga orang-orang yang menawarkannya dan atau di sekitarnya, apakah juga kesalehan itu tampak? Selama kampanye ikutan yang kita sreg dengannya, hitung-hitung wisata 5 tahunan. Yang sangat penting mulailah shalat istikharah sampai hari pemilihan tiba. Insya Allah, Allah swt. akan memberikan yang terbaik atas usaha kita itu. Lalu Pergi ke TPS, contreng saja kalau sudah yakin.
Kalau belum biarkan Allah swt. mengilhami, karena janji Allah swt. bagi mereka yang istikharah pasti terjadi. Kalau belum dapat juga, lihat saja wajah-wajah mereka, pilih yang bisa menyejukkan kita.
Terakhir, jangan lupa masukan ke kotak suara, dan ucapkan Alhamdulillah dan do’a kepada Allah, semoga yang dipilih adalah pilihan yang tepat dan dapat menghantarkan Indonesia ke gerbang yang lebih baik.
Dalam sebuah ungkapan disebutkan “Hati yang bersih akan memuluskan jalan keluar dari sebuah masalah. Allah swt. menganugerahkan hati sebagai salah satu alat selain kepala yang sering hang ini.” Allahu a’lam (anonym) []
Baca Selengkapnya...
Pilkada MeNdaki Tebaing dEmokRatis
Gairah politik di tingkat lokal belakangan semakin marak seiring dengan gelaran Pilkada yang telah direncanakan. Pilkada sendiri dijadwalkan sebagai ajang eksperimentasi demokrasi semenjak lahirnya UU No. 32 Tahun 2004 yang merevisi UU No. 22 Tahun 1999 pada medio September 2004 lalu. Hadirnya naskah undang-undang tersebut memang “memaksa” belasan/puluhan propinsi serta ratusan kabupaten/kota untuk mau tidak mau menggelar hajatan Pilkada di daerahnya secara langsung.
Bicara tentang politik, sejatinya, memang hanyalah sebuah permainan. Nyaris tidak ada kebenaran atau kesalahan yang bersifat mutlak di dalamnya. Yang ada hanyalah dikotomi antara winner dan loser. Winner dapat diasosiasikan dengan kekuasaan dan perolehan materi yang lebih unggul. Sementara loser identik dengan posisi underdog yang akan senantiasa berada dibawah kendali winner. Maka kemudian menjadi sangatlah wajar bila posisi puncak dalam politik selalu menjadi ajang kompetisi dan pertarungan tiada henti. Baik itu dalam skala nasional (baca: pemilihan presiden), maupun dalam skala lokal regional, yakni Pilkada.
Kita tentu telah mahfum bahwa tidak pernah ada kawan atau lawan yang abadi dalam politik. Keabadian hanyalah menyangkut kepentingan. Sepanjang kepentingan antar para pihak selalu sama dalam usahanya menggapai puncak kekuasaan, lawan pun dapat beralih peran menjadi kawan dalam bekerja. Hal itu perlaku pula sebaliknya.
Sudah menjadi lagu lama pula bahwa selama ini pendidikan politik dalam masyarakat terasa kurang. Setali tiga uang dengan penegakan demokrasi serta paham tentang taat hukum dalam kehidupan bernegara kita yang masih timpang. Celakanya, cacat ini kemudian dimanfaatkan sebagai peluang untuk merebut kekuasaan dengan cara-cara yang sudah memasuki wilayah grey area. Salah satunya adalah melalui politik uang (money politics).
Ketika Bush menang tipis dari Gore dalam pemilihan presiden beberapa periode lalu, Gore segera menyampaikan ucapan selamatnya dan menyatakan bahwa dirinya mendukung sepenuhnya pemerintahan baru dibawah kepemimpinan Bush. Kisah semacam itu tentu banyak terjadi di belahan bumi yang lain, tetapi nampaknya masih terlalu utopis untuk bisa terwujud dalam dunia politik di Indonesia.
Kita memang tidak bisa berharap terlalu banyak agar kisah gentleman seorang Gore dapat dijumpai di negeri ini. Jangankan mengakui kekalahan dan memberikan selamat kepada pemenang muncul justru koalisi baru untuk membentuk friksi tandingan. Memang benar bahwa rambu-rambu berupa etika dan moral masih sering diacuhkan dalam kehidupan politik di negeri kita tercinta ini. Akan tetapi tentu tidaklah bijak dengan menuduh atau bahkan menyalahkan tanpa memberi solusi yang baik untuk keluar dari persoalan semacam ini.
Pemerintahan baru dibawah kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono nampaknya telah mencoba meletakkan pondasi yang kokoh bagi penegakan demokrasi dalam sistem masyarakat. Masyarakat sendiri memang pantas menaruh harapan besar bagi terwujudnya tujuan mulia tersebut. Akan tetapi, berharap banyak untuk itu sama artinya dengan “menanting” diri sendiri, siapkah kita untuk menuju kepada masyarakat demokratis seperti apa yang selama ini kita cita-citakan?
Menetapkan harapan semacam itu tentu bukan hal yang salah. Akan tetapi tentu diperlukan adanya suatu imbangan, antara kesiapan dari dalam diri masyarakat sendiri, maupun kesiapan dari sisi pemerintah selaku penyelenggara jalannya lalu-lintas politik sekaligus pengawas dan regulator. Imbangan tersebut diperlukan agar kendala substantif seperti minimnya peraturan pelaksana yang mengatur, maupun kendala teknis seperti dana yang masih terbentur dapat dieliminasi dengan maksimal.
Marilah kita sedikit bersikap positive thinking bahwa pemerintah tentunya telah mempersiapkan segenap armadanya dengan matang. Pemerintah saat ini telah dilengkapi dengan konseptor ulung dan tim pelaksana yang piawai dalam menjalankan tugasnya. Mereka jelas telah membuat guideline bagi seluruh aparat terkait agar pemilihan kali ini dapat terbebas dari praktik-praktik yang kurang baik. Mereka pastinya juga telah melakukan treatment kepada eselon dibawahnya, sekali lagi, untuk memastikan agar proses pemilihan ini berlangsung dengan mulus. Kita tentu tidak boleh pesimis. Kalau memang terdapat personel yang kurang mampu diajak bersih, ganti saja dengan personel lain yang lebih kompeten.
Mekanisme teknis dalam sistem masyarakat yang secara otomatis diharapkan mampu menjamin tegaknya demokrasi biarlah menjadi urusan pemerintah. Selebihnya, mari kita sambut pemilihan pemimpin daerah ini dengan penuh antusiasme dan partisipasi yang penuh didalamnya. Hindari praktik suap-menyuap maupun tindak pelanggaran ilegal lainnya. Apabila menjumpai praktik-praktik yang melanggar aturan, laporkan saja kepada KPUD tanpa harus menunggu proses audit yang berlarut-larut. Dengan demikian, mudah-mudahan kita bersama dapat melangsungkan proses Pilkada dengan baik dan melahirkan hasil yang berkualitas. Demokrasi sejatinya memang merupakan moving target, dan kita harus selalu belajar banyak untuk itu.
Akhirul kalam, ada baiknya kita mencoba untuk sedikit lebih fair. Kekurangan-kekurangan yang masih muncul dalam sistem pemilihan daerah yang baru ini tentu masih perlu untuk dikritisi. Tenggat waktu yang sempit, keterbatasan dana, atau bahkan sosialisasi yang kurang jelas masih perlu diperbaiki. Akan tetapi, itikad baik pemerintahan baru yang mencoba membawa angin segar dalam jalannya praktik pemerintahan tentunya menjadi sesuatu yang harus kita acungi jempol.
Tentunya telah menjadi harapan kita bersama agar hajatan akbar ini dapat menjadi batu loncatan yang baik bagi terciptanya masyarakat yang lebih demokratis dan mampu menghargai kebebasan dalam berpolitik. Mendaki tebing demokrasi yang terjal memang merupakan perjalanan panjang. Tetapi dengan ketulusan serta persiapan yang matang tentunya pencapaian yang akan diperoleh cukup worth it nantinya.
Baca Selengkapnya...
golkar keluhkan BanYak suara saH di BataLkan
Jakarta - Banyaknya kejanggalan Pemilu membuat Wakil Sekjen Partai Golkar Rully Chairul Azwar geram. Ia mempermasalahkan tingginya jumlah suara yang sah namun dibatalkan di wilayah pemilihannya di Provinsi Bengkulu. Selain itu ia juga mengeluhkan formulir C2 yang sering diubah di tingkat KPPS.
Di salah satu kecamatan di Kota Bengkulu misalnya, sebanyak 10 ribu pemilih yang menggunakan hak suaranya. Namun yang disahkan hanyalah sebagian kecilnya saja.
"Dari jumlah itu, suara yang dianggap sah hanyalah sekitar seribu. Soalnya, contreng partai dan caleg itu dibatalkan," ungkap Rully yang juga caleg Dapil I Provinsi Bengkulu untuk DPR RI ketika menggelar konferensi pers di Kantor DPP Partai Golkar, Jl Anggrek Neli Murni, Jakarta, Selasa (14/3/2009).
Bukan hanya itu saja, Rully juga memprotes adanya perubahan Berkas Acara Perkara (BAP). Perubahan ini berupa perubahan formulir C2 di tingkat KPPS. "Perubahan dari KPPS menuju PPK itu sangat rawan," kata Rully.
Padahal mengubah formulir C2 masuk kategori pelanggaran hukum. Pelanggaran yang lain adalah banyaknya warga yang namanya tercantum di Daftar Pemilih Sementara (DPS) namun sudah tak tercantum lagi di Daftar Pemilih Tetap (DPT).
Tingginya suara yang dibatalkan dan perubahan formulir C2, menurut Rully, membuat suara Golkar di Provinsi Bengkulu menurun drastis. Padahal Golkar pada tahun 2004 lalu menjadi partai pemenang di provinsi ini. Di wilayah-wilayah yang menjadi lumbung Golkar seperti di Rejang Lebong dan Bengkulu Utara, suara Golkar tetap mendominasi, namun lebih banyak suara yang dibatalkan. "Jadinya suaranya tidak mutlak," kata Rully.
"Saya hanya berpatok pada hasil quick count yang diadakan LSI. Golkar menempati urutan kedua dengan perolehan suara 13,24 persen. Namun, yang saya lihat diperhitungan sekarang, Golkar di Bengkulu menempati posisi empat. Ini kan aneh. Quick count berbeda dengan perhitungan yang masih berlangsung," kata Rully.
Rully mengimbau agar KPUD segera melakukan langkah-langkah agar kecurangan Pemilu di Bengkulu yang masih berlangsung hingga saat ini dapat diminimalisir. Selain itu, indikasi kecurangan ini musti dicek oleh Panwaslu.
Baca Selengkapnya...